UJIAN AKHIR P2TK SEMESTER 3 2012/2013
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN IPS TERPADU PRODI/SM : PIPS-P2TK/S2/SM 3
HARI,TGL : 16
September 2013
JAM :
10.15 – 11.55 (100’)
DOSEN : Dr.
Muhsinatun Siasah Masruri
1.
Tujuan
Pendidikan IPS adalah membentuk warganegara yang baik, yaitu individu yang
sekurang-kurangnya mempunyai 11 karakter seperti yang termuat di dalam Struktur
Tujuan IPS (Ellis, 1998: 3-4). Untuk
mewujudkan tujuan tersebut diperlukan guru-guru yang baik (Ellis,
1998:15-17). Kompetensi apa saja yang
diperlukan untuk mewujudkan setiap butir tujuan IPS tersebut? (Untuk menjawab,
gunakan matrik seperti contoh berikut ini, beri alasan
Jawab:
TUJUAN IPS DAN KOMPETENSI GURU
No.
|
Tujuan IPS
|
Kompetensi Guru IPS
|
Alasan
|
1
|
Mewujudkan
peserta didik mempunyai kesadaran diri yang tinggi, mampu mengklarifikasi
nilai-nilai, dan memiliki jati diri yang mantap.
|
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini terkait dengan
guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya:
Dewasa, Stabil, Arif dan bijaksana Berwibawa, Mantap, Berakhlak mulia
Menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, Mengevaluasi
kinerja sendiri
Mengembangkan diri secara berkelanjutan
|
Guru yang profesional memiliki
karakter :
a. Memiliki
kadar pengetahuan yang maju di mata pelajaran spesialisasinya, lebih siap menjawab pertanyan siswa dan
menjelasakan konsep secara lebih baik.
b. Berpengalaman
mengajar. Guru yang berpengalaman cenderung tahu lebih baik apa aktivitas dan
praktik mengajar yang harus dipakai saat mengajarkan konsep-konsep tertentu.
c. Ucapannya
jelas. Guru dengan kemampuan verbal tinggi dan punya kosakata luas cenderung
menghasilkan siswa yang dapat mengerjakan tes standar secara lebih baik.
d. Antusias, ditandai dengan penyampaian
vokal secara cepat dan bersemangat., dengan gerak tangan, kontak mata yang
bervariasi dan tingkat energi tinggi.
e. Peduli.
Benar-benar memperhatikan kesehatan dan kehidupan pribadi siswa. Berikap
ramah dan mau mendengarkan masalah siswa maupun orang tuanya.
f. Ceria
dan santai. Kepribadiannya amat baik karena menikmati kegembiraan dari
pekerjaannya sebagai pengajar.
g. Siap
bekerjasama dengan guru lain maupun orang tua siswa.
h. Berniat
memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikan.
i. Kelasnya
secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu mengajar.
j. Menjaga
waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin.
k. Masuk
kelas dalam keadaan siap.
l. Memonitor
dan menangani gangguan.
m. Mendisiplinkan
siswa secara adil dan wajar
n. Menyampaikan
harapan akademik yang tinggi.
o. Menunjukkan
suatu tingkat perencanaan dan organisasi yang tinggi.
|
2
|
Mengantarkan peserta didik untuk memiliki
pemahaman tentang fenomena-fenomena di
massa lalu, tokoh-tokohnya dan perannya dalam mengukir kehidupan masa kini
|
Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik
|
Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru
dengan profesi lainnya ini terdiri dari tujuh aspek kemampuan, yaitu:
a. Mengenal
karakteristik anak didik
b. Menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mampu
pengembangan kurikulum
d. Kegiatan
pembelajaran yang mendidik
e. Memahami
dan mengembangkan potensi peserta
didik
f. Komunikasi
dengan peserta didik
g. Penilaian
dan evaluasi pembelajaran
h. Memanfaatkan
ICT untuk kepentingan
kegiatan pengembangan yang mendidik.
i. Memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.
j. Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
|
3
|
Peserta didik memahami dan dapat bekerjasama
dengan orang-orang yang memiliki
nilai-nilai dan gaya hidup yang berbeda
|
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat
apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik
serta guru-guru lainnya. meliputi:
Berkomunikasi lisan dan tulisan
Menggunakan teknologi komunikasi
dan informasi secara fungsional
Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
Menunjukkan pribadi yang dewasa
dan teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru
|
Kriteria kinerja guru terkait
kompetensi sosial yang harus dilakukan adalah:
a. Bertindak
objektif serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi
di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
|
4
|
Peserta didik memahami
system kehidupan dalam kaitannya dengan wilayah geografis, ekonomi,
pemerintahan dan kebudayaan tertentu.
|
Kompetensi Pedagogik
|
Kompetensi
pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara
rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
·
Memahami peserta didik secara mendalam
memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
·
Merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator
esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.
·
Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum.
·
Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial:
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
|
5
|
Peserta didik mampu secara mandiri melakukan
penyelidikan terhadap suatu masalah, dan memberikan solusinya secara kritis
|
Kompetensi Profesional
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi
profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan
reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
Konsep, struktur, metode
keilmuan/ teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. Hubungan konsep antar pelajaran terkait. Penerapan konsep-konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional
|
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
· Menguasai
substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator
esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
· Menguasai
struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi
bidang studi.
|
6
|
Peserta didik memiliki kesadaran terhadap
kemungkinan kemungkinan yang akan datang dan peran apa yang dapat
disumbangkan
|
Kompetensi Profesional
|
Kompetensi
pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara
rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
· Memahami
peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
· Merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan;
menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
· Melaksanakan
pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
· Merancang
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang
dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
· Mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki
indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi nonakademik.
|
7
|
Peserta didik menghargai usaha orang lain dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan bersama
|
Kompetensi Pedagogik
|
Kompetensi
pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara
rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
· Memahami
peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
· Merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan;
menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.
· Melaksanakan
pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
· Merancang
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang
dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
· Mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator
esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi
akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi nonakademik.
|
8
|
Peserta didik memahami prosedur pengambilan
keputusan yang melibatkan masyarakat dan mampu melakukannya
|
Kompetensi Profesional
|
Kompetensi
pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara
rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
·
Memahami peserta didik secara mendalam
memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
·
Merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator
esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.
·
Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum.
·
Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial:
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
|
9
|
Peserta didik mampu menggunakan pendekatan
kooperatif maupun kompetitif untuk mencapai tujuan
|
Kompetensi Sosial
|
Kriteria kinerja guru terkait
kompetensi sosial yang harus dilakukan adalah:
a. Bertindak
objektif serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi
di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
|
10
|
Peserta didik menyadari potensi yang ada pada
dirinya dan orang-orang yang terkait dengan dirinya
|
Kompetensi Kepribadian
|
Aspek-aspek Kompetensi
Kepribadian adalah:
a. Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
c. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
|
11
|
Peserta didik menghargai terhadap warisan budaya
dan lembaga adat, serta memiliki wawasan untuk melestarikannya
|
Kompetensi Kepribadian
|
Aspek-aspek Kompetensi
Kepribadian adalah:
a. Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
c. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
|
2.
Strategi Pembelajaran
yang efektif dan efisien adalah yang berbasis aktivitas siswa (student
active learning), dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning), dan bersifat constructivistic. Jelaskan pertautan antara ketiganya dengan contoh
yang kongkrit (boleh diambil dari tugas
scenario pembelajaran IPS).
Jawab:
Perkembangan pembelajaran
saat ini menerangkan bahwa “penentu
prestasi belajar siswa bukan hanya peran guru semata tetapi siswa
sendirilah yang dituntut berperan aktif dalam proses belajar mengajar”
(Warsono, M.S & Hariyanto, M.S., 2012:6). Proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri, menemukan dan
mengaitkan ilmu dengan kehidupan nyata akan menjadikan siswa tidak hanya tahu
secara kognitif tetapi mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menjalani
kehidupannya dan mencapai hasil belajar yang sejati, dan dapat memanfaatkan pengetahuan
tersebut dalam kehidupannya (Abdul Gafur, 2003 : 274). Siswa akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya Pendekatan pembelajaran yang
seperti itu adalah Contextual Teaching and
Learning
Dari
konsep CTL tersebut ada tiga hal yang harus dipahami Pertama, Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching and Learning menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching and Learning mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu
akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga
tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching and Learning mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and
Learning tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching and Learning tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan,
tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat
lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Kontekstual:
1) Dalam Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching and Learning pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing
knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara
deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan
kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan
diyakini.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5) Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi
pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan
berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data
dari berbagai sumber.
Pembelajaran
kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam
dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan
pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan
yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran
kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang
dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan
bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar.
Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya untuk membuat belajar lebih mudah,
sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah menerima ide, gagasan,
mudah memahami permasalahan dan pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif. Untuk mencapai usaha
tersebut segala komponen pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan
kontekstual.
Selain
itu pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep tentang pembelajaran yang
membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi
dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar yang dituntut dalam pelajaran. Tugas guru dalam kelas kontekstual
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini
pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat
fakta-fakta yang harus dihapalkan. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih
dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan
kontekstual ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan
menghapal.
Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah yang berbasis aktivitas siswa (student active learning), Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga
semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active
learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Peserta didik merupakan individu yang
berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan
orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar
dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.
Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan
pendidik (guru). Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang
cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau
kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala
yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode
pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang
kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan
guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada
pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini
adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang
kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem
belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam
proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari
kenyataan seperti ini para guru berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi
yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Strategi
pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning
strategy).
Langkah-langkah
Utama Pembelajaran
|
||
Fase
|
Indikator
|
Aktivitas
Siswa dan Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yangdipilihnya
|
2
|
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa merumuskan
masalah, mendefinisikan, dan mengorganesasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen (jika perlu),
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Siswa merencanakan, berbagi
tugas, dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model)
|
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan
masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikaan mereka, proses-prose
yang mereka gunakan, dan hasil pemecahan masalah yang diperoleh
|
Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), merupakan salah satu model
pembelajaran yang selaras dengan
prinsip pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran ini berusaha mengaitkan isi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi pebelajar agar membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan
tenaga kerja (Nurhadi (2002: 9) Dengan demikian akan diperoleh model
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi pebelajar. Dalam pembelajaran
kontekstual, paling tidak terdapat tujuh komponen yang meliputi (1) penemuan/inquiri,
(2) bertanya/questioning, (3)
konstruktivisme/contructivism, (4)
masyarakat belajar/learning community, (5) penilaian authentic/authentic
assessment, (6) refleksi/reflection, (7) pemodelan/modeling (The Washington State Consortium for Contextual
Teaching and Learning, 2001). Penemuan diawali dengan kegiatan pengamatan
untuk memahami suatu konsep. Kegiatan ini dimulai dari mengamati, bertanya,
menganalisis, merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama teman
lainnya sekaligus menggunakan ketrampilan
berpikir kritis. Kegiatan bertanya digunakan untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Konstruktivisme menekankan siswa untuk membangun pemahamannya sendiri berdasarkan
pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar.
Masyarakat belajar mendorong siswa untuk berdiskusi dan
berbagi pengalaman dengan orang lain. Hal ini dirasa baik daripada belajar
sendiri. Penilaian authentik menekankan penilaian tidak hanya pada aspek hasil
saja namun juga penilaian dari sisi proses pembelajaran. Refleksi membiasakan
siswa untuk berpikir tentang segala sesuatu yang telah dipelajari, merevisi dan
merespon kejadian, aktivitas, pengalaman, mencatat apa yang dipelajari, serta
merasakan ide-ide baru. Pemodelan merupakan upaya berpikir tentang proses
pembelajaran diri sendiri, bagaimana melakukan apa yang harus dilakukan agar
siswa mau melakukan yang diinginkan. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan
siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan gambaran yang lebih
kongkrit, pembelajaran yang dekat dengan kehidupannya dan pada akhirnya
tercipta pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan. Dengan pembelajaran
kontekstual diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan belajarnya
dengan caranya masing-masing.
Konstruktivisme (Constructivism), merupakan landasan
berfikir (filosofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sedikit demi sedikit, lalu hasilnya
diperluas melalui kontek yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,
konsep ataupun kaedah yang siap untuk diambil dan ditrasfer. Peserta didik
harus mengkonstruk sendiri pengetahuannya dan dimaknai melalui pengalaman
nyata. Kontruktivisme juga merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
kontruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi
dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Dengan demikian
pengetahun itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis tergantung pada
individu yang melihat dan mengkontruksinya.
Pandangan Behavioristic dan objektivistic penekananya
lebih pada hasil belajar, sedangkan constructivistic memandang proses dan
strategi memperoleh pengetahuan dan keteampilan lebih diutamankan dari
banyaknya peserta didik mengingat dan memperoleh pengetahuan jadi.
Oleh karena itu peran pendidik lebih diutamakan untuk memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik guna menemukan dan mengkonstruk
pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
3.
Materi pembelajaran
IPS meliputi seluruh aspek kehidupan manusia secara integrated. Dalam rangka meningkatkan jiwa nasionalisme,
patriotism dan ketaatan beribadah pada generasi muda melalui pembelajaran IPS, metode pembelajaran apa yang bapak/ibu perlukan,
Berikan alasan ilmiahnya.
Jawab:
Tantangan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran dewasa ini semakin kompleks. Guru dihadapkan
pada tuntutan masyarakat untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna,
penggunaan berbagai media pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang lebih
aktif, serta mengintegrasikan teknologi. Hal ini menuntut guru secara terus
menerus berinovasi dan meningkatkan kemampuan, serta mengubah pola pembelajaran
teacher centered menjadi student centered. Guru bertanggung jawab
membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap kritis, inovatif, kreatif, dan berakhlak mulia untuk menjadi
manusia Indonesia seutuhnya.
Kualitas sumber daya manusia akan dapat
ditingkatkan melalui pendidikan. Karena hanya pendidikanlah yang dapat
membentuk manusia yang berkualitas, yakni manusia yang cakap, terampil, dan
mandiri serta memiliki ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang
tertera dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3). Cita-cita luhur tersebut merupakan muara
dari tujuan bangsa Indonesia. Hal ini dilandasi pemikiran bahawa kemajuan suatu
bangsa tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang beraneka ragam dan
melimpahruah, akan tetapi lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Cita-cita luhur bangsa Indonesia ini juga tersurat dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 dan 2, yaitu: 1) tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran,
2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari hal yang di sebutkan tadi, yakni
dengan memilih metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan perundangan
yang berlaku, yaitu:
a.
Metode Pengajaran Langsung (Explicit Instruction)
Pembelajaran
langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola, yaitu:
Langkah-langkah:
1) Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa.
2) Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan.
3) Membimbing
pelatihan.
4) Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik.
5) Memberikan
kesempatan untuk latihan lanjutan.
Kelebihan:
1) Siswa
benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2) Semua
siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1) Memerlukan
waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2) Untuk
mata pelajaran tertentu.
b.
Metode
Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem
solving (metode pemecahan masalah)
bukan hanya sekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulai dengan mencari data sampai
pada menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang
merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas
pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencoba mengeluarkan pendapatnya.
mencoba mengeluarkan pendapatnya.
Problem Based Instruction (PBI)
memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. Langkah-langkahnya yaitu:
1)Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2)Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3)Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah.
4)Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1)
Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2)
Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa
lain.
3)
Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1)
Untuk siswa yang malas tujuan dari metode
tersebut tidak dapat tercapai.
2)
Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3)
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan
dengan metode ini.
c.
Metode Pengajaran Diskusi
Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran
yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam
pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi
pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan
ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi. Metode ini bertujuan untuk tukar menukar
gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai
kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk
meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran
inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi.
d.
Metode Pengajaran Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
1) Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
2) Peserta didik memiliki peluang untuk
meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi
adalah :
1) Kadang kala peserta didik melakukan penipuan
yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah
payah mengerjakan sendiri.
2) Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain
tanpa pengawasan.
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.
e.
Metode Pengajaran Bermain Peran
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
menghadirkan peran-peran yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian terhadap kemampuan
dirinya. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan
saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini
lebih menekankan terhadap masalah
yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
f.
Metode
Pengajaran Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang
sifatnya untuk mengembangkan
ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke
dalam kegiatan atau ruang belajar
karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti
benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya
(replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan
simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah
melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang
benar-benar akan ditemui dalam keseharian
peserta didik. Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip
dengan bermain peran. Tetapi dalam
simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang
benar-benar akan dilakukannya.
g.
Metode
Pengajaran Praktik Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan peserta dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa
berarti di tempat kerja, maupun di
masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga
dapat memicu kemampuan peserta dalam
mengembangkan kemampuannya. Sifat metode
praktek adalah pengembangan
keterampilan
h.
Metode Pengajaran Permainan (games)
Permainan (games), populer dengan berbagai
sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker)
atau penyegaran. Arti harfiah ice-breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam
proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan
fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis,
penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik
permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari
kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi
riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana
gembira meskipun membahas hal-hal yang
sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu
kosong atau sekedar permainan. Permainan
sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau
kejadian yang dialami sendiri oleh
peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau
pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan
yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai
4.
Tindak kejahatan atau pelanggaran hukum akhir-akhir ini sangat memalukan bangsa Indonesia dalam percaturan global. Korupsi dan manipulasi di lembaga kepolisian, dan lembaga tertinggi Negara; pesta narkoba dan berujung pada kecelakaan lalu-lintas yang merenggut jiwa manusia;
perdagangan manusia ke manca Negara,
pembunuhan, perampokan dan pencurian makin membabi-buta,
pemalsuan ijasah oleh seorang
guru, penipuan via telepon/sms, kehamilan remaja di luar nikah, aborsi yang dilakukan secara medis dan non medis, dll. Untuk menanggulangi hal itu,
pemerintah telah mencanangkan suatu Program
yang harus kita sambut dan kita laksanakan. Sebagai guru IPS pada jenjang SMP (prapeubertas) apa
yang bapak/ibu akan lakukan sepulang dari tugas belajar
di UNY ini? Buatlah designnya! (Cantumkan Sumber yang diacu)
Jawab
Permasalahan yang ada di sekolah
jumlahnya banyak, mendesak untuk segera dicari solusinya,
bekal hasil kuliah yang diberikan oleh Bapak/Ibu dosen di UNY berikan menunggu untuk segera diaplikasikan. Inkulkasi nilai-nilai karakter,
keteladanan, fasilitasi, dan bimbingan kecakapan yang telah didapat, mendesak
untuk ditularkan pada sekolah. Dalam
proses pembelajaran, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat perencanaan
pembelajaran yang sesuai dengan kaedah yang ada, tidak lagi meng-copy. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada active
learning dengan Pendidikan komprehensif sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik memaksimalkan antara
fungsi cipta, rasa, dan karsa. Ketiga fungsi tersebut yang
menjadikan manusia makhluk seutuhnya. Pendidikan harus mengandung nilai-nilai luhur budaya, terutama dalam
pembentukan karakter peserta
didik.
Ada
11 prinsip pembentukan karakter sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas
Lickona dalam Character Education Patrnership / CEP (2007:1-3) yaitu
1.
Mempromosikan inti etika
nilai-nilai dan mendukung nilai kinerja sebagai dasar
yang baik karakter
2.
Mendefinisikan "karakter" komprehensif untuk termasuk
pemikiran, perasaan, dan perilaku
3.
Menggunakan komprehensif, disengaja, dan pendekatan
proaktif karakter pembangunan.
4.
Menciptakan peduli komunitas sekolah.
5. memberikan siswa dengan peluang untuk tindakan moral.
6.
Termasuk bermakna dan
menantang kurikulum akademik yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk berhasil masuk bermakna dan menantang kurikulum akademik yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk berhasil masuk bermakna dan menantang kurikulum akademik yang menghormati semua
7.
Berupaya untuk membangun motivasi diri siswa.
8. Melibatkan staf sekolah sebagai dan
moral belajar masyarakat yang saham tanggung jawab pendidikan
karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa.
9.
Memupuk berbagi moral yang kepemimpinan
dan jangka panjang dukungan dari
pendidikan karakter inisiatif.
10.
melibatkan keluarga dan masyarakat anggota sebagai mitra dalam pembangunan karakter usaha.
11. Menilai karakter sekolah, sekolah staf
berfungsi sebagai karakter pendidik, dan sejauh yang
siswa manifest baik
karakter.
Pentingnya
penanaman karakter bangsa sebagai sebuah gerakan nasional telah dimulai dengan lounching pendidikan karakter yang
dilakukan sejak tahun 2010 oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Tindak lanjut
dari program tersebut, Pemerintah menetapkan kurikulum baru yang sarat muatan karakter, yakni kurikulum 2013. Diharapkan dengan kurikulum 2013
yang baru diluncurkan, membawa pencerahan bagi dunia pendidikan yang akan
menjawab berbagai tantangan pada prikehidupan berbangsa dan bernegara di masa
yang akan datang. Karena kurikulum 2013 ditinjau dari berbagai sudut mempunyai
kekuatan dalam mengembalikan essensi pendidikan itu sendiri. Untuk itu sikap
proaktif dan rasa optimisme kalangan pendidikan utamanya guru sangat menentukan
pencapaian target kurikulum 2013. Proses
pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan penanaman nilai-nilai karakter pada mata
pelajaran IPS di SMP, saya susun dalam
bentuk desain sebagai berikut:

![]() |
|||
![]() |
Sumber
Bacaan : Prof. Darmiyati Zuchdi :
Humanisasi Pendidikan
Gambar 1. Rancangan
pemecahan masalah
Sumber yang
digunakan :
Abdul Gafur. (2003). Penerapan konsep dan prinsip
pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning)/CTL dan desain pesan dalam pengembangan pembelajaran
dan bahan ajar. Jurnal Cakrawala
Pendidikan UNY Nomor 3 Th. XXII, 273-289.
Darmiyati Zuchdi. (2010). Humanisasi Pendidikan.Yogyakarta : Bumi Aksara.
Ellis, A.K. (1998). Teaching and learning elementary social
studies (sixth edition): USA, Seattle Pacific University
Kemendikbud
Puskur. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Balitbang.
Kemendikbud.
(2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi.
Kemendikbud.
(2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Balitbang Puskur.
Mumpuniarti (2012). Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun
II, Nomor 3, Oktober 2012, halaman 248-257, Yogyakarta: UNY Press.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Sudrajat, A. &
Marzuki. (2010). Model Pembentukan Akhlak Mulia Siswa SMP di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Volume 40 Nomor 1 Mei 2010 Yogyakarta: UNY Press.
Thomas
Lickona. (2007). Eleven Principles of Effective Character Education. Character
Education Partnership,
Trianto,
(2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Warsono, M.S. & Hariyanto, M.S.
(2012). Pembelajaran aktif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar