SIGIT KINDARTO

"SELAMAT DATANG DI BLOG SANG OEMAR BAKRI"

Senin, 11 November 2013

TakeHome Strategi Pembelajaran IPS



UJIAN AKHIR P2TK SEMESTER 3 2012/2013

MATA KULIAH       :  STRATEGI PEMBELAJARAN IPS TERPADU PRODI/SM                                         :  PIPS-P2TK/S2/SM 3
HARI,TGL                 :  16 September 2013
JAM                            :  10.15 – 11.55 (100’)
DOSEN                      :  Dr. Muhsinatun Siasah Masruri

1.        Tujuan Pendidikan IPS adalah membentuk warganegara yang baik, yaitu individu yang sekurang-kurangnya mempunyai 11 karakter seperti yang termuat di dalam Struktur Tujuan IPS (Ellis, 1998: 3-4).  Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan guru-guru yang baik (Ellis, 1998:15-17).  Kompetensi apa saja yang diperlukan untuk mewujudkan setiap butir tujuan IPS tersebut? (Untuk menjawab, gunakan matrik seperti contoh berikut ini, beri alasan
Jawab:


TUJUAN IPS DAN KOMPETENSI GURU
No.
Tujuan IPS
Kompetensi Guru IPS
Alasan
1
Mewujudkan peserta didik mempunyai kesadaran diri yang tinggi, mampu mengklarifikasi nilai-nilai, dan memiliki jati diri yang mantap.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya:
Dewasa, Stabil, Arif dan bijaksana Berwibawa, Mantap, Berakhlak mulia
Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, Mengevaluasi kinerja sendiri
Mengembangkan diri secara berkelanjutan

Guru yang profesional memiliki karakter :
a.    Memiliki kadar pengetahuan yang maju di mata pelajaran spesialisasinya, lebih siap menjawab pertanyan siswa dan menjelasakan konsep secara lebih baik.
b.    Berpengalaman mengajar. Guru yang berpengalaman cenderung tahu lebih baik apa aktivitas dan praktik mengajar yang harus dipakai saat mengajarkan konsep-konsep tertentu.
c.    Ucapannya jelas. Guru dengan kemampuan verbal tinggi dan punya kosakata luas cenderung menghasilkan siswa yang dapat mengerjakan tes standar secara lebih baik.
d.    Antusias, ditandai dengan penyampaian vokal secara cepat dan bersemangat., dengan gerak tangan, kontak mata yang bervariasi dan tingkat energi tinggi.
e.    Peduli. Benar-benar memperhatikan kesehatan dan kehidupan pribadi siswa. Berikap ramah dan mau mendengarkan masalah siswa maupun orang tuanya.
f.     Ceria dan santai. Kepribadiannya amat baik karena menikmati kegembiraan dari pekerjaannya sebagai pengajar.
g.    Siap bekerjasama dengan guru lain maupun orang tua siswa.
h.    Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikan.
i.      Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu mengajar.
j.      Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin.
k.    Masuk kelas dalam keadaan siap.
l.      Memonitor dan menangani gangguan.
m. Mendisiplinkan siswa secara adil dan wajar
n.    Menyampaikan harapan akademik yang tinggi.
o.    Menunjukkan suatu tingkat perencanaan dan organisasi yang tinggi.
2
Mengantarkan peserta didik untuk memiliki pemahaman  tentang fenomena-fenomena di massa lalu, tokoh-tokohnya dan perannya dalam mengukir kehidupan masa kini
Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik
Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari tujuh aspek kemampuan, yaitu:
a.    Mengenal karakteristik anak didik
b.    Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran 
c.    Mampu pengembangan kurikulum
d.   Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e.    Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f.     Komunikasi dengan peserta didik
g.    Penilaian dan evaluasi pembelajaran
h.    Memanfaatkan ICT untuk kepentingan kegiatan pengembangan yang mendidik.
i.      Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
j.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
3
Peserta didik memahami dan dapat bekerjasama dengan orang-orang yang memiliki  nilai-nilai dan gaya hidup yang berbeda
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. meliputi:
Berkomunikasi lisan dan tulisan
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Kriteria kinerja guru terkait kompetensi sosial yang harus dilakukan adalah:
a.    Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis ke­lamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b.    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi­dik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c.    Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d.   Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4
Peserta didik memahami system kehidupan dalam kaitannya dengan wilayah geografis, ekonomi, pemerintahan dan kebudayaan tertentu.
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
·   Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
·   Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·   Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
·   Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
·   Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

5
Peserta didik mampu secara mandiri melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah, dan memberikan solusinya secara kritis
Kompetensi Profesional
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
Konsep, struktur, metode keilmuan/ teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. Hubungan konsep antar pelajaran terkait. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
·   Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
·   Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
6
Peserta didik memiliki kesadaran terhadap kemungkinan kemungkinan yang akan datang dan peran apa yang dapat disumbangkan
Kompetensi Profesional
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
·   Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
·   Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·   Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
·   Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
·   Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

7
Peserta didik menghargai usaha orang lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama
Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
·   Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
·   Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·   Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
·   Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
·   Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

8
Peserta didik memahami prosedur pengambilan keputusan yang melibatkan masyarakat dan mampu melakukannya
Kompetensi Profesional
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
·   Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
·   Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
·   Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
·   Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
·   Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
9
Peserta didik mampu menggunakan pendekatan kooperatif maupun kompetitif untuk mencapai tujuan
Kompetensi Sosial
Kriteria kinerja guru terkait kompetensi sosial yang harus dilakukan adalah:
a.       Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis ke­lamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b.    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi­dik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c.    Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d.   Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
10
Peserta didik menyadari potensi yang ada pada dirinya dan orang-orang yang terkait dengan dirinya
Kompetensi Kepribadian
Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian ada­lah:
a.    Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d.   Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e.     Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
11
Peserta didik menghargai terhadap warisan budaya dan lembaga adat, serta memiliki wawasan untuk melestarikannya
Kompetensi Kepribadian
Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian ada­lah:
a.       Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d.   Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e.     Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.




2.        Strategi Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah yang berbasis aktivitas siswa (student active learning), dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning), dan bersifat constructivistic.  Jelaskan pertautan antara ketiganya dengan contoh yang kongkrit (boleh diambil dari tugas scenario pembelajaran IPS).
Jawab:

Perkembangan pembelajaran saat ini menerangkan bahwa “penentu  prestasi belajar siswa bukan hanya peran guru semata tetapi siswa sendirilah yang dituntut berperan aktif dalam proses belajar mengajar” (Warsono, M.S & Hariyanto, M.S., 2012:6). Proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri, menemukan dan mengaitkan ilmu dengan kehidupan nyata akan menjadikan siswa tidak hanya tahu secara kognitif tetapi mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menjalani kehidupannya dan mencapai hasil belajar yang sejati, dan dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam kehidupannya (Abdul Gafur, 2003 : 274). Siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna  jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya Pendekatan pembelajaran yang seperti itu adalah Contextual Teaching and Learning
Dari konsep CTL tersebut ada tiga hal yang harus dipahami Pertama, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontekstual:
1)      Dalam Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)      Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).  Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
3)      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
4)      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5)      Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber.
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. 
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya untuk membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif. Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual.
Selain itu pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang dituntut dalam pelajaran. Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghapal.
Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah yang berbasis aktivitas siswa (student active learning), Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Peserta didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik (guru). Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para guru berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).


Langkah-langkah Utama Pembelajaran
Fase
Indikator
Aktivitas Siswa dan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yangdipilihnya
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa merumuskan masalah, mendefinisikan, dan mengorganesasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen (jika perlu), untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa merencanakan, berbagi tugas, dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model)
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikaan mereka, proses-prose yang mereka gunakan, dan hasil pemecahan masalah yang diperoleh

Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), merupakan salah satu model pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran ini berusaha mengaitkan isi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi pebelajar agar membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (Nurhadi (2002: 9) Dengan demikian akan diperoleh model pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi pebelajar. Dalam pembelajaran kontekstual, paling tidak terdapat tujuh komponen yang meliputi (1) penemuan/inquiri, (2) bertanya/questioning, (3) konstruktivisme/contructivism, (4) masyarakat belajar/learning community, (5) penilaian authentic/authentic assessment, (6) refleksi/reflection, (7) pemodelan/modeling (The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, 2001). Penemuan diawali de­ngan kegiatan pengamatan untuk memahami suatu konsep. Kegiatan ini dimulai dari mengamati, bertanya, menganalisis, merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama teman lainnya sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis. Kegiatan bertanya digunakan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Konstruktivisme menekankan siswa untuk membangun pemahamannya sendiri berdasarkan pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar.
Masyarakat belajar mendorong siswa untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Hal ini dirasa baik daripada belajar sendiri. Penilaian authentik menekankan penilaian tidak hanya pada aspek hasil saja namun juga penilaian dari sisi proses pembelajaran. Refleksi membiasakan siswa untuk berpikir tentang segala sesuatu yang telah dipelajari, merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, pengalaman, mencatat apa yang dipelajari, serta merasakan ide-ide baru. Pemodelan merupakan upaya berpikir tentang proses pembelajaran diri sendiri, bagaimana melakukan apa yang harus dilakukan agar siswa mau melakukan yang diinginkan. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan gambaran yang lebih kongkrit, pembelajaran yang dekat dengan kehidupannya dan pada akhirnya tercipta pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan belajarnya dengan caranya masing-masing.
Konstruktivisme (Constructivism), merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sedikit demi sedikit, lalu hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep ataupun kaedah yang siap untuk diambil dan ditrasfer. Peserta didik harus mengkonstruk sendiri pengetahuannya dan dimaknai melalui pengalaman nyata. Kontruktivisme juga merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Dengan demikian pengetahun itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis tergantung pada individu yang melihat dan mengkontruksinya.
Pandangan Behavioristic dan objektivistic penekananya lebih pada hasil belajar, sedangkan constructivistic memandang proses dan strategi memperoleh pengetahuan dan keteampilan lebih diutamankan dari banyaknya peserta didik mengingat dan memperoleh pengetahuan jadi. Oleh karena itu peran pendidik lebih diutamakan untuk memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada peserta didik guna menemukan dan mengkonstruk pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

3.        Materi pembelajaran IPS meliputi seluruh aspek kehidupan manusia secara integrated.  Dalam rangka meningkatkan jiwa nasionalisme,  patriotism dan ketaatan beribadah pada generasi muda melalui pembelajaran IPS, metode pembelajaran apa yang bapak/ibu perlukan, Berikan alasan ilmiahnya.
Jawab:
Tantangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dewasa ini semakin kompleks. Guru dihadapkan pada tuntutan masyarakat untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna, penggunaan berbagai media pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang lebih aktif, serta mengintegrasikan teknologi. Hal ini menuntut guru secara terus menerus berinovasi dan meningkatkan kemampuan, serta mengubah pola pembelajaran teacher centered menjadi student centered. Guru bertanggung jawab membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap kritis, inovatif,  kreatif, dan berakhlak mulia untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Kualitas sumber daya manusia akan dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Karena hanya pendidikanlah yang dapat membentuk manusia yang berkualitas, yakni manusia yang cakap, terampil, dan mandiri serta memiliki ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang tertera dalam  Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3). Cita-cita luhur tersebut merupakan muara dari tujuan bangsa Indonesia. Hal ini dilandasi pemikiran bahawa kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang beraneka ragam dan melimpahruah, akan tetapi lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Cita-cita luhur bangsa Indonesia ini juga tersurat dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 dan 2, yaitu: 1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, 2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari hal yang di sebutkan tadi, yakni dengan memilih metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan perundangan yang berlaku, yaitu:

a.    Metode Pengajaran Langsung (Explicit Instruction)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola, yaitu:
Langkah-langkah:
1)      Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2)      Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3)      Membimbing pelatihan.
4)      Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5)      Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Kelebihan:
1)      Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2)      Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1)      Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2)      Untuk mata pelajaran tertentu.
b.   Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencoba mengeluarkan pendapatnya.
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkahnya yaitu:
1)Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2)Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3)Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4)Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5)     Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1)        Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2)        Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3)        Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1)        Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2)        Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3)        Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

c.    Metode Pengajaran Diskusi
Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi. Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi.

d.   Metode Pengajaran Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
1)   Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
2)   Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
1)   Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
2)   Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3)   Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

e.    Metode Pengajaran Bermain Peran
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap kemampuan dirinya. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

f.     Metode Pengajaran Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta didik. Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.



g.    Metode Pengajaran Praktik Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan

h.   Metode Pengajaran Permainan (games)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran. Arti harfiah ice-breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai

4.        Tindak kejahatan atau pelanggaran hukum akhir-akhir ini sangat memalukan bangsa Indonesia dalam percaturan global.  Korupsi dan manipulasi di lembaga kepolisian, dan lembaga tertinggi Negara; pesta narkoba dan berujung pada kecelakaan lalu-lintas yang merenggut jiwa manusia;  perdagangan manusia ke manca Negara, pembunuhan, perampokan dan pencurian makin membabi-buta, pemalsuan ijasah oleh seorang guru, penipuan via telepon/sms, kehamilan remaja di luar nikah, aborsi yang  dilakukan secara medis dan non medis, dll.  Untuk menanggulangi hal itu,  pemerintah telah mencanangkan suatu Program yang harus kita sambut dan kita laksanakan.  Sebagai guru IPS pada jenjang SMP (prapeubertas) apa yang bapak/ibu akan lakukan sepulang dari tugas belajar di UNY ini? Buatlah designnya!  (Cantumkan Sumber yang diacu)
Jawab
Permasalahan yang ada di sekolah jumlahnya banyak, mendesak untuk segera dicari solusinya, bekal hasil kuliah yang diberikan oleh Bapak/Ibu dosen di UNY berikan menunggu untuk segera diaplikasikan. Inkulkasi nilai-nilai karakter, keteladanan, fasilitasi, dan bimbingan kecakapan yang telah didapat, mendesak untuk ditularkan pada sekolah. Dalam proses pembelajaran, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kaedah yang ada, tidak lagi meng-copy. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada active learning dengan Pendidikan komprehensif sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik memaksimalkan antara fungsi cipta, rasa, dan karsa. Ketiga fungsi tersebut yang menjadikan manusia makhluk seutuhnya. Pendidikan harus mengandung nilai-nilai luhur budaya, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.
Ada 11 prinsip pembentukan karakter sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas Lickona dalam Character Education Patrnership / CEP (2007:1-3) yaitu
1.      Mempromosikan inti etika nilai-nilai dan mendukung nilai kinerja sebagai dasar yang baik karakter
2.      Mendefinisikan "karakter" komprehensif untuk termasuk pemikiran, perasaan, dan perilaku
3.      Menggunakan komprehensif, disengaja, dan pendekatan proaktif karakter pembangunan.
4.      Menciptakan peduli komunitas sekolah.
5.      memberikan siswa dengan peluang untuk tindakan moral.
6.      Termasuk bermakna dan menantang kurikulum akademik yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk berhasil
masuk bermakna dan menantang kurikulum akademik yang menghormati semua
7.      Berupaya untuk membangun motivasi diri siswa.
8.      Melibatkan staf sekolah sebagai dan moral belajar masyarakat yang saham tanggung jawab pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa.
9.      Memupuk berbagi moral yang kepemimpinan dan jangka panjang dukungan dari pendidikan karakter inisiatif.
10.  melibatkan keluarga dan masyarakat anggota sebagai mitra dalam pembangunan karakter usaha.
11.  Menilai karakter sekolah, sekolah staf berfungsi sebagai karakter pendidik, dan sejauh yang siswa manifest baik karakter.

Pentingnya penanaman karakter bangsa sebagai sebuah gerakan nasional telah dimulai dengan lounching pendidikan karakter yang dilakukan sejak tahun 2010 oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Tindak lanjut dari program tersebut, Pemerintah menetapkan kurikulum baru yang sarat muatan karakter, yakni kurikulum 2013. Diharapkan dengan kurikulum 2013 yang baru diluncurkan, membawa pencerahan bagi dunia pendidikan yang akan menjawab berbagai tantangan pada prikehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Karena kurikulum 2013 ditinjau dari berbagai sudut mempunyai kekuatan dalam mengembalikan essensi pendidikan itu sendiri. Untuk itu sikap proaktif dan rasa optimisme kalangan pendidikan utamanya guru sangat menentukan pencapaian target kurikulum 2013. Proses pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan penanaman nilai-nilai karakter pada mata pelajaran IPS di SMP, saya susun dalam bentuk desain sebagai berikut:









 


























Sumber Bacaan  : Prof. Darmiyati Zuchdi : Humanisasi Pendidikan
Gambar 1. Rancangan pemecahan masalah

Sumber yang digunakan :

Abdul Gafur.  (2003). Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)/CTL dan desain pesan dalam pengembangan pembelajaran dan bahan ajar. Jurnal Cakrawala Pendidikan UNY Nomor 3 Th. XXII, 273-289.
Darmiyati Zuchdi. (2010).  Humanisasi Pendidikan.Yogyakarta : Bumi Aksara.
Ellis, A.K. (1998). Teaching and learning elementary social studies (sixth edition): USA, Seattle Pacific University
Kemendikbud Puskur. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan  Karakter Bangsa, Jakarta: Balitbang.
Kemendikbud. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi.
Kemendikbud. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Balitbang Puskur.
Mumpuniarti (2012). Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012, halaman 248-257, Yogyakarta: UNY Press.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Sudrajat, A. & Marzuki. (2010). Model Pembentukan Akhlak Mulia Siswa SMP di Indonesia. Jurnal Pendidikan Volume 40 Nomor 1 Mei 2010 Yogyakarta: UNY Press.
Thomas Lickona. (2007). Eleven Principles of Effective Character Education. Character Education Partnership,
Trianto, (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Warsono, M.S. & Hariyanto, M.S. (2012). Pembelajaran aktif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar